Sabtu, 05 Desember 2009

Diego: Derby d'Italia Menghipnotis Dunia

Bintang Juventus, Diego Ribas da Cunha meyakinkan bahwa Derby d'Italia yang mempertemukan klubnya dengan Inter Milan di Olimpico Turin, Sabtu 5 Desember 2009, akan menyita perhatian bolamania di seluruh dunia.

Bahkan, Diego meyakinkan fans di Italia bahwa laga akbar itu akan ditonton setiap orang di negaranya, Brasil. Playmaker 24 tahun ini mengalaminya sendiri saat masih tinggal di Negeri Samba.

“Derby d'Italia sangat populer di Brasil. Saya masih ingat laga antara Inter dan Juventus. Saya tak melewatkan detailnya saat menonton di televisi," kata Diego seperti dilansir tribal.

Posisi kedua tim yang masih memungkinkan untuk meraih scudetto musim ini membuat laga ini akan menghipnotis dunia. Menurut Diego, aktivitas warga Brasil bisa berhenti akibat laga ini.

Memori laga itu masih membekas di benak Diego. Apalagi, jika itu menyangkut sang idola, Zinedine Zidane yang juga mantan playmaker Juventus.

“Zidane idola saya. Tapi, bolamania Brasil mengidolakan Ronaldo. Ia melakukan hal luar biasa di Inter," lanjut Diego.

"Emosi saya campur aduk jelang derby akbar ini. Saya akan coba meredamnya di kamar ganti dan jika sudah masuk lapangan nanti," tutup Diego.

Laga di Olimpico Turin nanti akan menjadi Derby d'Italia ke-180 di Liga Italia (Serie A). Dalam pertemuan sebelumnya, Juventus memenangi 79 laga, 45 seri dan 55 kali kalah.

Minggu, 29 November 2009

juve kalah 2-0 dari cagliari!!

SARDINIA - Juventus belum mampu bangkit dari keterpurukan. Setelah kalah di Liga Champions, La Vecchia Signora kini harus kembali menelan malu, usai dikalahkan Cagliari 0-2 pada Giornata ke-14 Serie A, Minggu (29/11/2009).

Kekalahan atas Girondins de Bordeaux pada babak penyisihan Grup Liga Champions, ternyata masih membekas dalam pikiran Diego Ribas dkk saat bertandang ke Stadion San't Elia menghadapi tuan rumah, Cagliari. Alhasil, anak-asuh Ciro Ferrarra gagal menampilkan permainan terbaiknya.

Tampil dengan bomber tunggal Carvalho Amauri yang dibantu Mauro Camonaranesi dan Diego Ribas di lini kedua, Juve cukup nyaman mengendalikan permainan di awal laga. Namun, justru Cagliari yang mampu menciptakan peluang terlebih dahulu. Pada menit ke-10, Jeda mengancam dengan memberikan umpan kepada Andrea Lazzari di kotak terlarang. Sayangnya, pemain 24 tahun ini gagal memanfaatkannya dengan baik.

Juve baru bisa membalas melalui Diego Ribas pada menit ke-27. Usai melangecoh pemain belakang Cagliari dengan liukan indah, Diego melepaskan tembakan kaki kiri yang nahasnya masih mampu diamankan kiper Cagliari, Federico Marchetti.

Namun, tiga menit berselang, Juve dipaksa tertunduk setelah Cagliari secara mengejutkan mampu membuka keunggulan melalui gol indah Nene. Spekulasi tendangan jarak jauh striker asal Brasil ini mampu menaklukkan kiper terbaik Italia, Gianluigi Buffon. Mengawali aksi dari lapangan tengah, Nene melepaskan tembakan jarak jauh dari sisi lapangan yang meluncur deras ke pojok gawang Buffon. Keunggulan 1-0 Cagliari pun bertahan hingga jeda.

Tak ingin peluangnya mempertahankan posisi kedua terancam, Juve langsung tancap gas di babak kedua. Baru empat menit laga berjalan, publik tuan rumah di buat terdiam oleh gol Amauri. Nahas, gol sundulan striker berdarah Brasil ini dinyatakan tidak sah, karena Amauri terlebih dulu terpenrangkap offside.

Juve kembali memiliki peluang emas menyamakan kedudukan pada menit ke-76. Memanfaatkan kemelut di muka gawang, usai tendangan bebas Diego, Momo Sissoko berhasil tembakan keras yang sayangnya masih membentur barisan pemain Cagliari yang nampak membuat grendel di depan gawangnya.

Lima menit sebelum laga usai, Juventus semakin gencar melakukan tekanan ke jantung pertahanan Cagliari. Namun, permainan agresif yang ditampilkan Ferrara justru membuat lini belakang Juve lemah. Alhasil, kondisi ini mampu dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain Cagliari.

Melaui serangan balik cepat, Alessandro Matri menghadirkan mimpi buruk bagi Juventus di menit akhir pertandingan. Penyerang asal Italia ini sukses melewati hadangan bek kawakan Fabio Cannavaro sebelum berhadapan dan menaklukkan Buffon dengan satu sentuhan cantik. Gol ini pun memupus semangat anak-anak Turin yang harus menyerah takluk 0-2.

Hasil ini pun sontak berpengaruh pada posisi Juventus di klasemen. Bianconeri terancam kehilangan posisinya di peringkat dua klasemen, setelah hanya mengoleksi 27 poin dalam 14 penampilan. AC Milan yang hanya terpaut dua poin (25) menjadi tim yang berpotensi menggeser Juve jika pada pertandingan dini hari nanti mampu menundukkan tuan rumah, Catania.

Sabtu, 28 November 2009

Amauri-Grosso Absen Lawan Cagliari

Amauri - Juventus (Getty Images)


Juventus kemungkinan besar tidak bisa memainkan Fabio Grosso dan Carvalho Amauri saat menghadapi Cagliari dalam lanjutan Serie A Italia minggu ini.

Kedua pemain itu tidak terlihat hadir dalam sesi latihan hari ini. Kabar dari internal klub, seperti dilaporkan Football Italia, Sabtu (28/11) menyebutkan jika Grosso dan Amauri masih menjalani program pemulihan karena cedera.

Ada pun Amauri mengalami masalah pada punggungnya. Cedera itu didapatnya saat Juventus berlaga menghadapi Girondins Bordeaux di pertengahan minggu.

Sementara Grosso mendapat perawatan khusus karena mengalami kelelahan otot pada lutut kanannya.

Ciro Ferrara kemungkinan tidak akan menurunkan dua pemain ini untuk lebih menyiapkan tim untuk laga minggu depan menghadapi Inter Milan.

Jual Tiago, Juve Cari Bek

Jual Tiago, Juve Cari Bek

Untuk memperkokoh lini pertahanan, Juventus siap melepas Tiago.

28 Nov 2009 20:14:18

Tiago, Juventus (Foto Grazia Neri)


Menurut Tuttosport, Juventus ingin menjual Tiago dan memanfaatkan gaji €3,2 juta per musimnya untuk pemain lain.

Artinya, Tiago akan digusur Januari nanti untuk digantikan pemain lain. Sejak didatangkan dari Olympique Lyon 2007 lalu dengan transfer senilai €13,2 juta, gelandang internasional Portugal itu tidak tampil sesuai harapan. Tiago sudah pernah dirumorkan akan pindah sebelumnya, tapi kemungkinan itu kian besar musim ini.

Direksi Juve dikabarkan sudah terbang ke Portugal untuk menawarkan sang pemain. Girondins de Bordeaux sudah siap mencaplok Tiago, jika mereka melepas Fernando ke Genoa.

Dana hasil penjualan Tiago akan dimanfaatkan Si Nyonya Tua untuk memperkukuh lini belakang tim. Bek kanan Valencia, Miguel, masuk dalam daftar. Begitu juga dengan Juan Camilo Zuniga dari Napoli dan bek Arsenal Bacary Sagna.

Jumat, 27 November 2009

Januari, Iaquinta Kembali

Foto: Daylife
TURIN - Bomber Juventus Vincenzo Iaquinta berharap proses pemulihan cederanya berjalan lancar sehingga dirinya bisa kembali ke skuad, Januari 2010.

Iaquinta memang harus istirahat sejenak akibat cedera lutut yang membekapnya, Oktober lalu. Mantan punggawa Udinese mengalami masalah pada lututnya saat melakoni sesi latihan jelang laga kontra Siena.

Striker 30 tahun sebenarnya sudah bisa diturunkan menjelang Natal. Namun, Iaquinta berkeras, baru akan kembali jika sudah fit 100 persen dan kembali menemukan permainan terbaiknya.

"Saya harus lebih sabar dan menunggu bengkak di sekitar lutut saya mengempis. Seharusnya saya bisa mulai berlari, pekan depan," jelas Iaquinta seperti disitat Football Italia, Jumat (27/11/2009).

"Jika saya sudah bisa mengikuti latihan secara normal, kami akan mengevaluasi kapan saya bisa kembali bermain. Saya berharap, kondisi saya 100 persen pada Januari mendatang," imbuhnya.

Iaquinta hanya bisa menyaksikan dari jauh saat Bianconeri takluk 0-2 oleh Bordeaux pada penyisihan grup Liga Champions, tengah pekan lalu. Meski hanya membutuhkan hasil imbang kala menantang Bayern Munich dua pekan mendatang, Iaquinta menegaskan, Juve harus menuai angka penuh.

"Juve harus melakoni laga kontra Bayern dengan mental yang tepat. Kami tidak bisa menargetkan hasil imbang, kami harus berupaya untuk menang," tegas bintang Gli Azzurri.

Del Piero: Balas di Cagliari!

TURIN - Juventus secara mengejutkan takluk 0-2 oleh Bordeaux pada Matchday 5 Liga Champions, tengah pekan lalu. Bomber sekaligus kapten Alessandro Del Piero kini berharap bisa melupakan kekalahan tersebut kala bertandang ke Cagliari, Minggu (29/11/2009).

Kekalahan itu memaksa The Old Lady setidaknya wajib meraih hasil imbang pada laga hidup-mati melawan Bayern Munich, Desember mendatang. Jika gagal, Del Piero dkk praktis tersingkir dari perhelatan bergengsi Eropa.

Kendati mengaku tidak terlalu cemas dengan hasil tersebut, Il Pinturicchio tetap menyimpan dendam. Bintang Italia mengimbau rekan-rekan setimnya untuk tampil habis-habisan menghadapi Rossoblu demi membayar hasil buruk di Stade Chaban-Delmas.

"Jelas saya tidak puas. Ketika kalah, Anda akan merasa kesal. Kami menelan terlalu banyak kerugian," keluh pemain yang akrab disapa Alex kepada Corriere dello Sport, Jumat (27/11/2009).

"Tapi, tim harus menghadapi momok cedera serta para pemain baru yang masih beradaptasi. Kondisi yang naik-turun tidak bisa dihindari," Del Piero mencoba membela diri.

"Saya berharap kami segera meraih kemenangan lagi, dimulai dengan Cagliari, dengan harapan kepercayaan diri tim meningkat," tandas bintang Italia.

Hina Balotelli, Juve Wajib Bayar Denda

ROMA - Liga Italia menjatuhkan sanksi denda kepada Juventus menyusul tindakan fans yang meneriakkan hinaan kepada striker Inter Milan Mario Balotelli.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, Balotelli menjadi sasaran caci-maki sejumlah Juventini ketika Bianconeri meraih kemenangan 1-0 atas Udinese, akhir pekan lalu. Aksi ini praktis menyulut kemarahan sang pelatih, Jose Mourinho.

Pelatih Portugal mengklaim fans Bianconeri telah berlaku rasis dan berharap La Vecchia Signora mendapat hukuman setimpal.

Nah, keinginan The Special One akhirnya terwujud. Sky Sports melaporkan, Rabu (25/11/2009), Juve diharuskan membayar denda senilai 20 ribu euro atas tindakan Juventini.

Komisi disiplin liga Italia menyebut cercaan yang dilontarkan kepada Balotelli sebagai "sangat menghina dan memicu kekerasan." Meski demikian, mereka tidak menyatakan yel-yel tersebut berbau rasis.

Ini bukan pertama kalinya Juve mendapat masalah terkait striker keturunan Ghana. Musim lalu, Alessandro Del Piero dkk harus melakoni pertandingan tanpa penonton setelah Juventini menghina Balotelli ketika kedua tim bertemu di Olimpico Turin.

Kamis, 26 November 2009

Pertarungan Hidup mati juve-munich

TURIN - Persaingan di Grup A untuk memperebutkan satu tiket menuju babak 16 besar Liga Champions, menyisakan pertarungan antara Juventus melawan Bayern Munich.

Wakil Prancis Bordeaux dengan mengejutkan keluar sebagai juara grup, setelah sukses mengalahkan Juventus 2-0, dini hari tadi. Bordeaux mengumpulkan 13 poin dari lima laga.

Sementara Juventus ada di posisi dua dengan delapan poin, disusul Munich dengan tujuh poin, yang menang 1-0 atas wakil Israel Maccabi Haifa, dini hari tadi. Haifa sudah pasti tersingkir karena belum punya poin.

Juve dan Munich akan saling bunuh untuk menentukan siapa yang berhak. Keduanya akan betarung dua pekan lagi di Olimpico Turin. Setiddaknya, Nyonya Besar hanya butuh hasil imbang agar bisa lolos, dengan keunggulan satu poin.

Sementara Bordeaux hanya akan melangsungkan laga formalitas melawan Haifa di Ramat Gan, Israel. Kalah atau menang tidak akan mempengaruhi posisi wakil Prancis ini.

Diego: Ferrara Harus Cari Solusi Masalah Juve

BORDEAUX - Playmaker Juventus Diego Ribas mengaku timnya tengah menghadapi suatu masalah serius. Untuk itu, Diego mendesak pelatIH Ciro Ferrara segera menemukan biang permasalahannya dan mencari jalan keluar.
Kekalahan 0-2 atas Bordeaux di Matchday 5 babak penyisihan Grup Liga Champions, dini hari tadi, membuat Juventus harus melakoni partai hidup mati lawan FC Bayern Munich di laga terakhir penyisihan grup. Jika ingin lolos ke babak 16 besar, maka Bianconeri harus mampu menundukkan The Bavarians di Olimpico Turin, dua pekan mandatang.

Menanggapi hasil minor tersebut, tentu Diego kecewa. Menurutnya, satu hal yang kurang dari Juventus adalah konstensi meraih hasil pertandingan. Diego pun mulai mempertanyakan metode yang diterapkan Ferrara sepanjang musim ini.

"Ini bukan masalah kebugaran fisik. Permasalahan yang kami hadapi adalah organinsasi permainan," keluh Diego yang belum juga berhasil mencetak gol perdananya di Liga Champions bersama Juve.

"Pelatih (Ferrara) harus segera mengidentifikasi masalah ini dan menjelaskan kepada kami bagaimana cara menyelesaikannya. Sebab, kami harus segera keluar dari situasi ini," tambahnya sebagaimana dilansir Tuttosport, Kamis (26/11/2009).

Rabu, 25 November 2009

Ferrara Mohon Maaf Juve Kalah

Juventus dipermalukan Bordeaux 0-2 dalam Matchday 5 Liga Champions, Rabu 24 November 2009. Bermain di Stade Chaban-Delmas, Perancis, Juve sebenarnya bisa mengimbangi pergerakan rumah.

Namun, entah apa yang terjadi, Bianconeri tak berkutik menghadapi anak asuh Laurent Blanc itu. Atas kekalahan ini, Juve tertahan di posisi dua klasemen sementara Grup A dengan poin delapan. Dengan begitu Juve wajib menang di pertandingan berikutnya melawan peringkat tiga, Bayern Munich.

Pelatih Ciro Ferrara sangat menyayangkan hasil yang diraih anak asuhnya. Terutama karena mereka tidak melakukan hal yang diperintahkang sang allenatore.

"Pada malam sebelum pertandingan, saya bilang kita harus menghindari pelanggaaran di luar kotak penalti. Tapi kami malah melakukan hal itu berulang kali dan harus dihukum," kata Ferrara pada situs resmi klub.

"Saya mohon maaf atas kekalahan ini karena kami ingin menyelesaikan pertandingan secepat mungkin. Tapi kami tak layak mendapat hasil (kekalahan) ini," tambahnya.

Kini Juve dan Munich memperebutkan satu tiket sisa ke 16 besar. Kedua tim akan bertemu pada Matchday terakhir pada 8 Desember mendatang di Stadion Olimpico, Italia. Sedangkan Bordeaux sudah pasti lolos dengan status juara Grup.

"Kami akan bermain di kandang melawan Bayern dan kami akan mencoba menang. Kami tidak akan puas dengan hasil imbang," janji Ferrara.

Juventini Club Indonesia Chapter Manado

Selasa, 24 November 2009

Juventus F.C.

Juventus Football Club (dari bahasa Latin:[4] iuventus: youth, pengucapan [juˈvɛntus], biasa disebut sebagai Juventus dan popular dengan nama Juve, merupakan sebuah klub sepakbola professional asal Italia yang berbasis di kota Turin, Piedmont, Italia. Klub ini didirikan pada 1897 dan telah mengarungi beragam sejarah manis, dengan pengecualian kejadian musim 2006-06, di Liga Italia Serie-A. Klub ini sendiri merupakan salah satu anak perusahaan dari FIAT Group, yang saat ini dikuasai oleh keluarga Agnelli, dan membawahi perusahaan-perusahaan lain seperti Fiat Automobile, Ducati Corse (termasuk tim balap MotoGP dan WSBK Ducati), tim F1 Scuderia Ferrari, Ferrari Corse, dan Maserati Automobile.

Juventus merupakan salah satu tim tersukses dalam sejarah sepakbola Italia.[5] Dan juga tercatat sebagai salah satu klub tersukses di dunia.[5] Merujuk pada International Federation of Football History and Statistics, sebuah organisasi internasional yang berafiliasi pada FIFA, Juventus menjadi klub terbaik Italia di abad 20, dan menjadi klub terbaik Italia kedua di Eropa dalam waktu yang sama.[6]

Secara keseluruhan, klub ini telah memenangi 51 kejuaraan resmi, terbanyak diantara klub-klub Italia lain.[7] Dengan rincian 40 di Italia, dan 11 di zona UEFA dan dunia.[8][9] Sekaligus menjadikannya sebagai klub tersukses ketiga di Eropa, dan keenam di dunia, dengan gelar-gelar dunia yang diakui oleh enam organisasi konfederasi sepakbola, dan tentunya FIFA.[10]

Klub ini menjadi klub pertama Italia dan Eropa Selatan yang berhasil memenangi gelar Piala UEFA (sekarang namanya menjadi Liga Europa).[11] Pada 1985, Juventus menjadi satu-satunya klub di dunia yang berhasil memenangi seluruh kejuaraan piala internasional dan kejuaraan liga nasional,[12] dan menjadi klub Eropa pertama yang mampu menguasai semua kejuaraan UEFA dalam satu musim.[13][14][15]

Juventus juga menjadi salah satu klub sepakbola Italia dengan jumlah fans terbesar[16], dan diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang juga menjadi fans Juve.[17] Klub ini menjadi salah satu pencipta ide European Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisikan klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk tim nasional Italia.

Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino, dimana stadion mereka yaitu Stadio delle Alpi, sedang dalam perombakan besar-besaran yang diperkirakan akan selesai pada awal musim 2011-2012, dimana nanti namanya akan berubah menjadi Juventus Arena.[18]

Sejarah

Foto bersejarah, Juventus FC di tahun 1898.

Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di Turin[19], tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian.[2] Klub ini bergabung dengan Kejuaraan Sepakbola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Serie-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di stadion Velodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih, terinspirasi dari klub Inggris Notts County.[20]

Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.[2] Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole.[21] Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bias bertahan seusai Perang Dunia I.[20]

Raja Italia

Juventus FC di tahun 1903.

Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.[2] Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil menjadi scudetto dengan mengalahkan Alba Roma dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatin Carlo Carcano[20], dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.

Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino.

Setelah Perang Dunia II, Gianni Agnelli diangkat menjadi presiden kehormatan. Klub ini lantas menambah dua gelar Serie-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.

Dua striker baru dikontrak pada musim 1957–58; seorang Wales bernama John Charles dan blasteran Italia-Argentina Omar Sivori, yang bermain bersama punggawa lama seperti Giampiero Boniperti. Musim ini, Juve kembali berjaya di Serie-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga Serie-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.

Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Serie-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di bawah kepelatihan mantan pemain Juve Čestmír Vycpálek, Juve berhasil menambah dua gelar Serie-A pada musim 1971–72 dan 1972–73, dengan pemain bintang seperti Roberto Bettega, Franco Causio dan José Altafini. Selanjutnya mereka berhasil menambah dua gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.

Merajai Eropa

Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Serie-A porak poranda di 1980-an.[20] Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan tiga gelar Serie-A empat kali di era tersebut. Puncaknya adalah pada 1982 dimana Juve menjadi klub Serie-A pertama yang berhasil memenangi Serie-A sebanyak 20 kali[22], dan itu berarti mereka boleh menambah tanda bintang di kausnya satu kali lagi. Paolo Rossi, salah satu pemain Juve bahkan terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia 1982.[23]

Setelah Rossi, pria Perancis bernama Michel Platini secara mengejutkan berhasil menjadi pemain Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan.[24] Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.[25] Dia khir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan.[20] Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.[26]

Era Marcello Lippi

Pemecah rekor Juventus Alessandro Del Piero.

Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95.[2] Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Serie-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.[27]

Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Serie-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga Piala Super Eropa 1996[28] dan Piala Interkontinental 1996.[29] Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[30][31]

Setelah dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan gagal), Marcello Lippi kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka cerutu ini lantas membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia berhasil sulap menjadi pemain hebat, diantaranya Gianluigi Buffon, David Trézéguet, Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram, dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar Serie-A di musim 2001-02 dan 2002-03. Juve juga berhasil maju kembali ke final Liga Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesame tim Italia lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990-an dan awal 2000-an.[22]

Saat ini

Fabio Capello, pemain yang kemudian menjadi pelatih Juventus di 2004-2006.

Mantan pemain Juventus era 1970-an, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih Juve pada 2004. Ia membawa timnya menjuarai dua musim Serie-A di musim 2004-05 dan 2005-06. Sayangnya, di Mei 2006 Juve ketahuan menjadi salah satu klub Serie-A yang terlibat skandal pengaturan skor bersama AC Milan, AS Roma, SS Lazio, dan ACF Fiorentina. Juve terkena sanksi berat, dimana mereka terpaksa di degradasi ke Serie-B untuk pertama kali dalam sejarah. Dua gelar yang dibawa Capello juga harus direlakan untuk dicabut.[32]

Dibawah manajer muda Perancis, Didier Deschamps dan para pemain setia seperti Gianluigi Buffon dan Pavel Nedved, Juve menjadi tim super di Serie-B dan dengan hasil sebagai juara Serie-B untuk pertama kalinya, Juve kembali ke Serie-A pada musim 2007-08. Claudio Ranieri[33] diangkat menjadi pelatih Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga tidak berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-09.[34] Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-09 dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-10.[35]

Warna, logo, dan julukan

Vincenzo Iaquinta, dengan kostum Juventus tahun 2008-09.

Juventus telah bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih ala zebra sejak tahun 1903. Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink, tetapi karena satu dan lain hal, salah satu pemain Juve malah tampil dengan pakaian belang. Akhirnya Juve memutuska untuk beralih kostum menjadi belang hitam-putih.[36]

Juventus lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.[36] Juve have worn the shirts ever since, considering the colors to be aggressive and powerful.[36]

Logo resmi Juventus Football Club telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi sejak tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada musim 2004-05. Dimana saat itu mereka mengubah logo menjadi oval, dengan lima garis vertical, dan banteng yang dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu sebelum musim 2004-05, Juve memiliki sebuah symbol berwarna biru (yang merupakan symbol lain dari kota Turin). Selain itu ditambahkan juga dua bintang yang menggambarkan mereka sebagai satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar Serie-A 20 kali. Sementara di era 1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan siluet seekor zebra, menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Serie-A.

Dalam perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia Signora[1] (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata "old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti "youth" (muda) dalam Latin.[4] Nama ini diambil dari usia para pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya) merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era 1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Pacar Italia" dalam bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain bermain sebagai pesepakbola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal 1930-an. Nama lain Juve adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau Si Belang) dan Le Zebre (the zebras[37], atau Si Zebra) yang merujuk pada warna kostum Juventus.

Stadion

Stadio Olimpico di Torino, kandang Juventus dari 1933 sampai 1990.

Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto.

Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadio Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadio Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.[38] Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.[39]

Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadio Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro at Milan.[39]

Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadio Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadio Olimpico, setelah Stadio Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.

Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan diperkirakan akan selesai pada awal musim 2011-12. [40]

Pendukung

Tifosi Juventus dalam sebuah pertandingan.

Juventus merupakan salah satu klub sepakbola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta orang[17] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica,[16] dan merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir 170 juta orang[17] (43 juta orang di Eropa),[17] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia.[41] Tim Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia melalui Juventini Indonesia.[42]

Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Serie-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang,[43] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.

Rivalitas

Juventus mempunyai tiga rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, dimana setiap pertandingan derby versus Juve selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 dimana lucunya Torino sendiri didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale; pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[44] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke Serie-B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke Serie-B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[44] Juve juga memiliki rival dengan AC Milan,[45] AS Roma[46] dan AC Fiorentina.[47]

Sementara untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, dimana keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions Eropa.

Skuad

Tim utama

Tim utama, terhitung tanggal 1 September 2009.[48]
No.
Posisi Nama pemain
1 Flag of Italy.svg GK Gianluigi Buffon (wakil kapten)
2 Flag of Uruguay.svg DF Martín Cáceres (meminjam dari FC Barcelona)
3 Flag of Italy.svg DF Giorgio Chiellini
4 Flag of Brazil.svg MF Felipe Melo
5 Flag of Italy.svg DF Fabio Cannavaro
6 Flag of Italy.svg DF Fabio Grosso
7 Flag of Bosnia and Herzegovina.svg MF Hasan Salihamidžić
8 Flag of Italy.svg MF Claudio Marchisio
9 Flag of Italy.svg FW Vincenzo Iaquinta
10 Flag of Italy.svg FW Alessandro Del Piero (Kapten)
11 Flag of Brazil.svg FW Amauri
12 Flag of Italy.svg GK Antonio Chimenti
13 Flag of Austria.svg GK Alex Manninger
15 Flag of France.svg DF Jonathan Zebina

No.
Posisi Nama pemain
16 Flag of Italy.svg MF Mauro Camoranesi
17 Flag of France.svg FW David Trézéguet
18 Flag of Denmark.svg MF Christian Poulsen
19 Flag of Italy.svg DF Cristian Molinaro
20 Flag of Italy.svg MF Sebastian Giovinco
21 Flag of the Czech Republic.svg DF Zdeněk Grygera
22 Flag of Mali.svg MF Mohamed Sissoko
23 Flag of Italy.svg DF Lorenzo Ariaudo
28 Flag of Brazil.svg MF Diego
29 Flag of Italy.svg DF Paolo De Ceglie
30 Flag of Portugal.svg MF Tiago
31 Flag of Bulgaria.svg GK Mario Kirev
33 Flag of Italy.svg DF Nicola Legrottaglie

Dipinjamkan

No.
Posisi Nama pemain

Flag of Italy.svg DF Andrea Pisani (di A.C. Arezzo)

Flag of Italy.svg MF Dario Venitucci (di A.C. Arezzo)

Flag of Argentina.svg MF Sergio Bernardo Almirón (di A.S. Bari)

Flag of Sweden.svg MF Albin Ekdal (di A.C. Siena)

Flag of Italy.svg MF Luca Castiglia (di A.C. Cesena)

Flag of Italy.svg MF Raffaele Bianco (di Modena F.C.)

Flag of Spain.svg MF Iago Falqué (di A.S. Bari)

No.
Posisi Nama pemain

Flag of Uruguay.svg MF Rubén Olivera (di C.A. Peñarol)

Flag of Somalia.svg FW Ayub Daud (di F.C. Crotone)

Flag of Italy.svg FW Christian Pasquato (di Empoli F.C.)

Flag of Italy.svg FW Carlo Vecchione (di Clermont Foot)

Flag of Morocco.svg FW Oussama Essabr (di A.C. Arezzo)

Flag of Italy.svg FW Riccardo Maniero (di A.C. Arezzo)

Tim manajerial

Nama Kebangsaan Posisi dalam klub
Ciro Ferrara Flag of Italy.svg Manajer/pelatih kepala
Massimiliano Maddaloni Flag of Italy.svg Assisten manajer/pelatih
Michelangelo Rampulla Flag of Italy.svg Pelatih penjaga gawang
Adolfo Sormani Flag of Italy.svg Direktur teknik
Massimo Neri Flag of Italy.svg Koordinator kepelatihan
Claudio Gaudino Flag of Italy.svg Pelatih fisik
Andrea Scanavino Flag of Italy.svg Pelatih fisik

Presiden klub

Juventus mempunyai sejarah panjang dalam kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa diantara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:[49]

Nama Tahun
Eugenio Canfari 1897–1898
Enrico Canfari 1898–1901
Carlo Favale 1901–1902
Giacomo Parvopassu 1903–1904
Alfred Dick 1905–1906
Carlo Vittorio Varetti 1907–1910
Attilio Ubertalli 1911–1912
Giuseppe Hess 1913–1915
Gioacchino Armano
Fernando Nizza
Sandro Zambelli
1915–1918(cpg.)
Corrado Corradini 1919–1920
Gino Olivetti 1920–1923
Edoardo Agnelli 1923–1935
Nama Tahun
Giovanni Mazzonis 1935–1936
Emilio de la Forest de Divonne 1936–1941
Pietro Dusio 1941–1947
Giovanni Agnelli (Presiden kehormatan) 1947–1954
Enrico Craveri
Nino Cravetto
Marcello Giustiniani
1954–1955(int.)
Umberto Agnelli 1955–1962
Vittore Catella 1962–1971
Giampiero Boniperti (Presiden kehormatan) 1971–1990
Vittorio Caissotti di Chiusano 1990–2003
Franzo Grande Stevens (Presiden kehormatan) 2003–2006
Giovanni Cobolli Gigli 2006–…

Keterangan:
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.

Statistik kepelatihan

Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus,[2] sampai saat ini.[50]

Nama Kebangsaan Tahun
Jenő Károly Flag of Hungary.svg 1923–1926
József Viola Flag of Hungary.svg 1926(int.)
József Viola Flag of Hungary.svg 1926–1928
George Aitken Flag of Scotland.svg 1928–1930
Carlo Carcano Flag of Italy.svg 1930–1935
Carlo Bigatto Iº
Benedetto Gola
Flag of Italy.svg
Flag of Italy.svg
1935(int.)
Virginio Rosetta Flag of Italy.svg 1935–1939
Umberto Caligaris Flag of Italy.svg 1939–1941
Federico Munerati Flag of Italy.svg 1941(int.)
Giovanni Ferrari Flag of Italy.svg 1941-1942
Luis Monti Flag of Argentina.svg/Flag of Italy.svg 1942(int.)
Felice Placido Borel IIº Flag of Italy.svg 1942–1946
Renato Cesarini Flag of Italy.svg 1946–1948
William Chalmers Flag of Scotland.svg 1948–1949
Jesse Carver Flag of England.svg 1949–1951
Luigi Bertolini Flag of Italy.svg 1951(int.)
György Sárosi Flag of Hungary.svg 1951–1953
Aldo Olivieri Flag of Italy.svg 1953–1955
Sandro Puppo Flag of Italy.svg 1955–1957
Ljubiša Broćić Flag of SFR Yugoslavia.svg 1957–1959
Teobaldo Depetrini Flag of Italy.svg 1959(int.)
Renato Cesarini Flag of Italy.svg 1959–1961
Carlo Parola Flag of Italy.svg 1961(int.)
Nama Kebangsaan Tahun
Gunnar Gren
Július Korostelev
Flag of Sweden.svg
Flag of the Czech Republic.svg
1961(int.)
Carlo Parola Flag of Italy.svg 1961–1962
Paulo Lima Amaral Flag of Brazil.svg 1962–1964
Eraldo Monzeglio Flag of Italy.svg 1964(int.)
Heriberto Herrera Flag of Paraguay.svg 1964–1969
Lùis Carniglia Flag of Argentina.svg 1969–1970
Ercole Rabitti Flag of Italy.svg 1970(int.)
Armando Picchi Flag of Italy.svg 1970–1971
Čestmír Vycpálek Flag of the Czech Republic.svg 1971–1974
Carlo Parola Flag of Italy.svg 1974–1976
Giovanni Trapattoni Flag of Italy.svg 1976–1986
Rino Marchesi Flag of Italy.svg 1986–1988
Dino Zoff Flag of Italy.svg 1988–1990
Luigi Maifredi Flag of Italy.svg 1990–1991
Giovanni Trapattoni Flag of Italy.svg 1991–1994
Marcello Lippi Flag of Italy.svg 1994–1999
Carlo Ancelotti Flag of Italy.svg 1999–2001
Marcello Lippi Flag of Italy.svg 2001–2004
Fabio Capello Flag of Italy.svg 2004–2006
Didier Deschamps Flag of France.svg 2006–2007
Giancarlo Corradini Flag of Italy.svg 2007(int.)
Claudio Ranieri Flag of Italy.svg 2007–2009
Ciro Ferrara Flag of Italy.svg 2009–

Keterangan:
(int.)Manajer ad-interim.

Prestasi dan penghargaan

Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 40 gelar nasional di Italia,[7] dan salah satu klub tersukses di dunia,[5][6] dengan raihan 11 gelar internasional,[8] dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[51] menjadikan mereka sebagai klub ketiga yang sukses di Eropa[9] dan juga dunia,[10] dimana semuanya telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepakbola dunia.[8]

Juventus telah memenangi 27 gelar Serie-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini,[22] dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Serie-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35.[22] Mereka juga telah memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.[52]

Juventus menjadi satu-satunya klub sepakbola Italia yang telah mendapatkan dua bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Serie-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Serie-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Serie-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Serie-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada 1959-60 dan 1994-95.

Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi,[12] yang diakui oleh FIFA,[14][15][13][53] Juve memenangi Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter Milan.[54]

Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.[55]

Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[56], dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History & Statistics.[57]

Gelar juara nasional Italia

  • Lega Calcio Serie-A: 27 kali
    • Juara: 1905; 1925-26[58]; 1930–31; 1931–32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02; 2002–03.
    • Posisi kedua: (21 kali) 1903; 1904; 1906; 1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76; 1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008–09.
  • Piala Italia: 9 kali
    • Juara: 1937–38; 1941–42; 1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
    • Juara kedua: (4 kali) 1972–73; 1991–92; 2001–02; 2003–04.

Gelar Eropa dan dunia

Rekor dan statistik klub

Replika kaus Alex del Piero saat ia telah mengikuti 500 pertandingan di bawah bendera Juventus.

Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada 6 Maret 2008 saat melawan Palermo. Giampiero Boniperti memegang rekor sebagai pemain yang banyak tampil di Serie-A dengan 444 kali penampilan.

Bila dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008, sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang Serie-A sampai Juni 2007.[71][72]

Pada musim 1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan, menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26 penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepakbola Italia). Gol paling banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.[20]

Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari Serie-A, melawan Torinese dimana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di Serie-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim 1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0-8).[20]

Si Nyonya Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.[73]

Kontribusi untuk tim nasional Italia

Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia dalam sejarah,[74] Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934.[75] Juve juga menjadi contributor utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan Dua Era Emas, yang pertama adalah saat era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium), dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari 1972 sampai 1986.

Berikut adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuad tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[76]

Dua pemain Juve memenangi gelar Sepatu Emas di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo Rossi di 1982 dan Salvatore Schillaci di Piala Dunia 1990. Sebagai kontributor untuk timnas juara dunia Italia, dua pemain Juve yaitu Alfredo Foni dan Pietro Rava, juga berhasil mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade Musim Panas 1936. Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan Giancarlo Bercellino juga menjadi bagian dari timnas juara Eropa Italia tahun 1968.[77]

Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang terbanyak skuad juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas Perancis lain seperti Patrick Vieira, David Trézéguet dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.[78]

Juventus sebagai perusahaan

Sejak 27 Juni 1967, Juve tercatat sebagai perushaan publik, dan sejak 3 Desember 2001 nama mereka tercatat di Borsa Italiana. Saat ini saham Juventus dimiliki sebanyak 60% oleh Exor S.p.A, dan FIAT Group (keluarga Agnelli). 7.5% untuk Libyan Arab Foreign Investment Co. dan 32.5% kepada pemegang saham lainnya.

Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub sepakbola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High Requirements, it. Segmento Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.

Tempat latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.

Sejak 1 Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO 9001:2000 resolution.

Merujuk pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepakbola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes, dimana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua dibelakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.

Pemasok kostum dan sponsor

Periode Produsen kostum Sponsor
1979–1989 Kappa Ariston
1989–1992 Upim
1992–1995 Danone
1995–1998 Sony / Sony Minidisc
1998–1999 D+Libertà digitale / Tele+
1999–2000 CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony
2000–2001 Ciao Web / Lotto Sportal.com / Tele+
2001–2002 Lotto FASTWEB / Tu Mobile
2002–2003 FASTWEB / Tamoil
2003–2004 Nike
2004–2005 SKY Italia / Tamoil
2005–2007 Tamoil
2007–present New Holland FIAT Group